JURAI.ID, BANDAR LAMPUNG (SMSI)– Kenaikan harga BBM, sontak membuat para pengemudi Ojek Online (Ojol) dan sopir Angkot menjerit kecewa karena kebijakan yang sudah ditetapkan pemerintah ini.
Diketahui, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk jenis Pertalite, Pertamax dan Solar sudah resmi dinaikkan harganya oleh pemerintah pada hari Sabtu, 3 September 2022.
Kenaikan harga BBM ini dinilai tak sesuai dengan kondisi masyarakat, terutama bagi transportasi umum yang sangat bergantung mobilitasnya pada bahan bakar.
Salah satu sopir angkot di Kota Bandar Lampung, Usuf (64) mengaku kecewa dengan kenaikan harga BBM. “Tapi ikutin aja dengan semampunya kita juga. Karena yang menaikan pemerintah,” kata Usup, saat sedang mangkal di jalan Tirtayasa, Way Kandis Bandar Lampung, Kamis (8/9/2022).
Menurutnya, meski harga BBM naik, namun ia tidak akan menaikan harga ongkos. “Jadi apa adanya, kalau dibayar Rp5000 ya terima, kalau ada yang kasih Rp4000 ambil aja,” ujarnya.
Ia menambahkan, bahwa untuk menunjang pekerjaanya selama sehari, pria yang bekerja sebagai supir angkot sudah 35 tahun ini mengaku sering membeli BBM sebesar Rp100 ribu. “Kalau sebelum naik Rp100 ribu cukup. Cuma pas naik Rp140-200 ribu,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ia menuturkan bahwa untuk penumpang juga semakin sepi karena adanya taxi online.
“Penumpang sekarang sepi, ditambah lagi adanya ojek dan taksi online. Pendapatan kami paling tinggi Rp150-200 ribu per hari, kadang tak ada sama sekali, kami juga berharap agar kedepan pemerintah harus bisa memperhatikan rakyat kecil,” tukasnya.
Hal senada juga disampaikan salah satu Ojol, IsmaiI (46) warga Kelurahan Sukarame, Kota Bandar Lampung mengatakan kenaikan harga BBM sangat berdampak baginya.
“Sebelum BBM naik saja kami sulit untuk mendapatkan hasil, apalagi dengan BBM naik, itu lebih sulit,” ungkapnya.
Lanjutnya, Ismail menyampaikan bahwa untuk ojol sudah ada informasi akan menaikkan harga. Namun sampai sekarang pihaknya pun belum menerimanya.
“Masih seperti harga lama, untuk gofood di jarak dalam dekat masih Rp8000,” ujarnya.
Kemudian, Ia pun menuturkan bahwa dalam sehari dirinya membeli bensin sebesar Rp15-20ribu, namun untuk sekarang mencapai Rp30-40ribu. Dan untuk penumpang tidak ramai, jadi kami berat untuk keliling mencari orderan, karena terkendala oleh harga bensin.
“Dalam sehari mendapatkan 4-10 orderan, paling kenceng mendapatkan Rp50-60ribu. Dan paling rendah Rp12-16ribu dengan jarak dekat, itupun lama nunggunya,” ucapnya.
Selain itu, Ismail pun berharap agar pemerintah dapat memperhatikan masyarakat kecil. ” Rakyat kecil tidak meminta apa-apa, cuma berharap rakyat kecil sejahtera, makmur. Dan bisa hidup tenang,” pungkasnya. (Asma)