Nekat Terobos Api Untuk Selamatkan Anak, Ibu dan Balita Tewas Terbakar

  • Whatsapp

JURAI.ID, BANDAR LAMPUNG (SMSI)– Kebakaran hebat melanda 24 rumah bedeng di Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur (TBT), Kota Bandar Lampung. Akibatnya, ibu dan anak balita yang baru berusia 2 tahun tewas terpanggang dalam kondisi berpelukan.

Korban tewas diketahui bernama Ayu Fitriyan atau Pipit (30) yang berstatus ibu rumah tangga dan anaknya yang masih berusia 2 tahun bernama Qinara Ruby Salsabila (2). Kebakaran hebat ini, melanda kawasan permukiman padat penduduk tersebut, pada Rabu (6/7/2022) malam, sekitar pukul 20.30 WIB.

Kobaran api dengan cepat membesar, karena material bangunan rumah terbuat dari kayu dan papan. Kebakaran tersebut, diduga berasal dari konsleting listrik.

Salah satu warga, Soleh menjelaskan korban terlihat sedang keluar untuk membeli makanan, dan meninggalkan anaknya seorang diri yang sedang tidur di dalam rumah sebelum kebakaran.

Lanjutnya, mengetahui wilayahnya terbakar, korban yang panik melihat rumahnya sudah terbakar, kemudian langsung menerobos masuk rumah karena ingin menolong putrinya. Namun upaya itu justru membuat korban ikut terjebak dan terbakar. Karena kobaran api yang cepat membesar, saat padam, keduanya ditemukan dalam kondisi berpelukan.

“Posisi korban ditemukan lagi meluk anaknya dan tertimpa balok,” kata Soleh, Kamis (7/7/2022).

Menurutnya, suami korban pada saat kejadian sedang menghadiri tahlilan, begitu juga dengan anak pertama, Inara yang saat ini duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar tengah bersama ayahnya.

Sementara warga yang yang sempat berupaya memadamkan api dengan alat seadanya, tidak berani mendekat karena kobaran api yang terus membesar.

“Jasad kedua korban baru dapat dievakuasi, setelah petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi kebakaran, dan berhasil memadamkan api,” jelas Sholeh.

Lebih lanjut, Ia mengatakan Jenazah pipit dan anaknya sudah dimakamkan berdekatan di tempat pemakaman umum (TPU) Umbul Asem Kota Karang, RT 2, LK 1.

Diketahui, Almarhum Pipit meninggalkan suaminya yang bernama Saprudin (40) bekerja sebagai buruh nelayan dan anak perempuanya Inara (9) masih duduk di bangku kelas 3 SD. Mereka merupakan penduduk asli setempat. (Asma)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *